Keep Shining Your World ^^

Sabtu, 13 November 2010

Road to Padang >O< UOHHH!! (P01/?)

Kali ini saya akan berbagi tentang perjalanan saya ke padang, sumatera barat. 08-10 Oktober lalu. Seumur-umur, baru kali ini perjalanan saya ke Padang yang 'agak' sedikit MISTIS!! *JEGEERRR!! (ceritanya tiba-tiba ada petir gitu)

Oke, Jadi begini ceritanya....

Jum'at , 08 Oktober 2010

Buru-buru saya pulang kerumah. Sehabis pulang sekolah, saya segera menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi. Membersihkan diri dan bersiap-siap akan berangkat. Kami berencana berangkat sehabis salat jum'at hari itu. Tentu saja karna menolerir, Oom saya yg harus melaksanakan kewajibannya dulu (masyallah basaku =_=).

Setelah selesai memakai pakaian dan membereskan tas-tas dan-apapun-itu-yang-akan-kami-bawa. Saya dan mama saya menunggu mobil jemputan di ruang tamu. Salat jum'at sudah selesai. Itu kenapa kami harus sudah siap-siap didepan menunggu jemputan.

5 menit. Tak ada yang datang. 10 menit. Masih tak ada yang datang. 20 menit. Hanya seorang tukang buah yang melintas didepan rumah saya. Setengah jam pun terlewati. Masih tak ada tanda-tanda kedatangan oom dan tante saya. Mama saya mulai tampak kesal. Alisnya mengkerut. Dia mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. Ya. tante dan oom saya.

Selesai menelepon, saya melirik eskpresi mama saya. Dia senewen.. sambil mengumpat kesal.
 Saya tanya, "Kenapa ma?" Basa-basi biasalah ._. *digebuk*
"Tau tu, . Mama paling malas berangkat telat gini. Katanya berangkat habis salat jumat. Uda setengah jam pula. Belum juga lagi. Bla..bla..bla.."
Pertanyaan saya yang begitu singkat. (hanya 2 kata) Dijawab dengan panjang lebar. Iya benar! Mama kesel karna ngaret. Saya kena bagian omelan. Ya, saya selalu jadi pelampiasan. Tragis abis!

15 menit kemudian. Sebuah avanza abu-abu bertengger di depan rumah saya (bukan, dia bukan burung. Dia mobil). Saya membuka pintu pagar. Kampret! Tiba di ujung keras sangat! Saya mengeluarkan tenaga luar. Bersugesti kalau saya ini superman.. atau minimal ade rai lah. Tapi gila! Masih keras. Lalu saya bersugesti kalau saya ini limbab. Dan pagar itu truknya. Saya dorong nenggunakan tenaga dalam. (pake tangan kok. Bukan pake gigi) Alhamdullilah, berkat didorong rahmat, dan keinginan yang luhur. Pagar itu berhasil dibuka sampai keujung. Keren abis!

Oom saya turun, dan mulai membantu memasukkan koper dan-apapun-yang-itu-yang-akan-kami-bawa kedalam bagasi, basa-basi gitu. *digampar*
Sementara saya masih sibuk bermain ria dengana adik sepupu saya yang berusia 11, 2 dan belum sampe 1 tahun, mama saya sibuk memberi ceramah tujuh menit pada kedua abang saya. Lalu keberangkatan kami pun tak bisa dielakkan. Saya mengucap perpisahan pada kedua abang saya. Mama juga. Abang saya menangis, mama dan saya pun menangis. Suasana mengharu biru. Lalu kami berpelukan. Tidak ingin melepas satu sama lain. Gila, itu dusta semua!

Mama masih menceramahi abang-abang saya dan memberikan beberapa ultimatum pada mereka sebelum masuk ke mobil. Saya tidak peduli. Bodo amat. Lalu dengan teganya saya malah tertawa ria bersama adik-adik saya. Mantap.

Setelah semua siap. Kami pun berangkat. Oom mulai memacu mobilnya. Kami melaju dengan kecepatan yang cukup sedang. Bai bai pekanbaru. Aku pasti akan merindukanmu.

5 menit kemudian , tiba-tiba mobil berhenti. Saya pikir sudah sampai. Gilak, kepadang cuma 5 menit. Oom saya keren abis!! Saya melirik keluar jendela. Dengan begitu menawan, tampak lah sebuah kedai kecil dengan sebuah warnet disebelahnya. Asem, ini masih di pekanbaru. Ini kan di RUMAH OMA SAYA! Bukan di padang woi!!

Oom turun. Tante saya juga. Mama akhirnya turun juga. Adik saya ikut-ikutan. Demi menjaga kerukunan dan kekompakan. Saya pun ikut turun dengan ikhlas. Mama berbicara pada tante saya. Bukan, bukan membahas arisan kok. Entahlah, mungkin mama mau memberi kultum pada tante juga. Saya tidak tau. Dan tidak mau tau. Saya melihat tante saya. Dia beli mountea. Adik saya juga ikut-kutan beli mountea. Lalu saya pun berhasrat untuk membeli mountea. Saya melirik ladang uang saya. Maksudnya, mama saya. Dan saya mendekati mama saya. Mengelus-ngelus kan kepala di kakinya. Dan menjilat telapak kaki saya. Bohong! saya bukan kucing kok.

Saya sukses membeli mountae. Lalu mama bilang, "Ambil lagi, cukupin uangnya. Sekalian buat minum dijalan" Saya begitu bahagia. Dengan langkah riang gembira saya mengambil mountea dan beberapa cemilan lainnya untuk di mobil nanti. Lalu saya melihat oom saya. Sedang sibuk berjongkok di sisi kiri mobil. Ternyata pijakan kirinya patah. Sial, nasib kami. Terpaksa di plester sementara dengan lakban hitam yang bisa ditemukan ditoko toko bangunan terdekat.

Persiapan selesai. Lagi-lagi perpisahan tak dapat terelakkan. Tante dan oom saya (yg ada dikedai dan warnet) mengucap selamat jalan. Suasana menjadi syahdu (?) Akhirnya kami berangkat ke padang. Dan saya baru sadar satu hal. Kami bertambah satu orang. Yang tadinya 7 orang. (Tante, oom, mama, saya, bian,arka,opi) Menjadi 8 orang. Bukan karna adik sepupu saya opi membelah diri menciptakan satu makhluk lagi. Tapi ini adik sepupu saya yg lain. Danu. Bukan danau. DANU. dia duduk dibelakang dengan manisnya. yeh,

Sementara mobil masih melaju meninggalkan pekanbaru. Saya masih setia menemani hape saya dan bermain dengannya. Rajin tweeting, memamerkan kepada teman-teman saya yang harus menderita menerima kenyataan kalau hari sabtu mereka masih sekolah. Sementara saya bersantai-santai di padang.

Sesampainya di bangkinang. Kami berhenti sebentar. Kalau kalian mengira karna adik saya mau buang air. Kalian salah besar! Kami berhenti karna kami ingin mengisi perbekalan. Ya, lepat bugi! Dahsyat.
Mama membeli satu kotak lepat bugi. Dan menyerahkannya ke mobil. Nasib lepat bugi itupun tak menentu lagi. Setiap orang berebut ingin memakannya. Brutal abis. Saya melirik mama saya yang masih belum masuk ke mobil. Lalu saya bilang, "Ga cukup satu do ga ma? Ini bentar lagi habis ni." Mama saya manggut-manggut. Lalu dia berkata "Jadi beli satu lagi nih?" "Iya ma," Dan lepat bugi itu tidak sendirian lagi. Dia bersama temannya menikmati kebrutalan kami.

Cukup lama kami menghabiskan waktu di mobil (Ya iyalah!! Kepadang woi!!) Perut kami pun terombang-ambing menikmati derasnya ombak dipagi hari (?) Singkatnya, kami lapar! Oom pun tidak tahan lagi. Dia bertanya, apakah ini sudah waktunya makan? Mama bilang belum! Kita akan makan dendeng yang lezat di kelok indah. Sekitar setengah jam lagi. Oom saya pasrah. Dia menahan perutnya sampai disana. Begitu berat cobaannya.

Oom saya mulai merasakan cacing diperutnya meronta-ronta demo minta makan. Lalu dia memacu mobilnya amat kencang. Menyalip setiap mobilnya yang menghalangi. Hingga tak ada lagi aral melintang. Kami pun sampai dirumah makan kelok indah itu. Meski pun menurut saya kelok itu tidak indah. Tapi mau bagaimana lagi. Semua telah terjadi. Saya tak dapat melakukan apa-apa lagi (?)

Kami pun turun dari mobil. Lalu menuju ketempat wudhu nya dulu. Bukan karna mau solat (perlu diketahui, waktu itu saya, tante saya, dan adik saya opi sedang kedatangan tamu. Sumpah! Kalau bohong saya disambar gledek nih) Mama saya begitu gembira menuju WC. Saya heran, mungkin mama punya peta harta karun yg menjadikan WC itu lokasi penyimpanan hartanya. Ternyata saya salah. Mama hanya mau buang air.

Tante saya tak mau kalah. Dia menyerahkan bian pada oom saya dan berjalan menuju WC. Saya dan opi diam terpaku dihadapan arka yang tengah telanjang bulat ditempat wudhu tanpa memakai sehelai kain pun. Arka mau mandi rupanya.  saya menyalakan keran dan menikmati pemandangan seorang bocah laki-laki yang sedang mandi di hadapan saya. Mesum abis.

Tak berapa lama kemudian, mama keluar dari kamar mandi. Lalu dia berjalan ketempat wudhu dan memandikan arka. tante saya pun menyusul. Setelah selesai memandikan arka, kami pun bersiap-siap melangkah ke dalam rumah makan itu. Tapi seorang bapak-bapak tua mencegat kami. Gawat, ada perompak gunung! Kami pasti akan dirampok habis-habisan. Saya bersiap-siap memikirkan cara buat kabur. Tapi bapak itu keburu buka suara, "Uang WC nya ?" Semprul, ternyata dia kasir WC.

Setelah melunasi tunggakan WC. Kami pun masuk kedalam rumah makan itu. Tempatnya gelap. Karna lampunya tidak dinyalakan. Mungkin sedang penghematan. Seingat saya TDL sudah naik waktu itu. Kami memesan meja di samping jendela. Lalu mama memanggil mas-masnya dan meminta nasi. Kami pun makan dengan lahap. Sementara mama duduk diluar menjaga bian. Ya, bian masih kecil. Dia harus selalu digendong. Jadi mama gantian dengan tante saya. Kami semua makan dengan brutal. Tidak peduli dengan dunia luar. Yang penting saat ini adalah "MENGISI PERUT".


"Mbak!! Mbak!!" sebuah suara menyadarkan saya. Saya melirik sumber suara, disebelah meja kami juga ada sebongkah keluarga yang sedang makan dengan bringasnya. Mungkin ada 9 orang. Saya diam sebentar memperhatikan suara bapak-bapak yang sedang memanggil mas-mas tadi.

"Mbak mbak!! Tambuah nasi ciek siko yo!!" Panggilnya lagi. "JADI!!" sahut si mas-mas yang dipanggil mbak. Saya masih heran bercampur takjub. Lalu saya melirik tante saya disebelah. Dia juga tampak kaget. Saya pun membisikkan sesuatu pada tante saya. "masak itu mas-mas mau aja ya di panggil mbak!" hasrat menggunjing saya keluar. Tante saya cekikikan. dia pun bilang, "Ntah. aneh." Saya geleng-geleng kepala.

Kami pun selesai makan. Tante saya keluar. Gantian dengan mama saya. menggendong bian. Mama masuk dan mulai menyendok nasi. Yang lain sudah diluar. hanya saya yang begitu setia menemani mama saya makan. Betapa luhurnya budi saya *dilempar sepatu*

Saat, sedang menemani mama makan. Hasrat menggunjing saya kembali bergejolak. Saya mendekati mama. Dan mulai mengatakan suatu hal yang selama ini terpendam. "Ma, masak ya itu bapak-bapak manggil si masnya 'mbak-mbak' gitu. Si mas-masnya mau aja lagi." Kata saya. Mama melirik bapak yang saya maksud. Lalu mama beralih pada saya. Dengan santai, mama menjawab: "Nama mas-mas disini itu. Ombak makanya di panggil mbak" Blar!! Serasa ada petir yang menyambar saya. Ternyata selama ini saya telah salah paham. Menuduh yang tidak-tidak pada bapak itu. Hati kecil saya bicara. Saya menyadari kalau saya telah melakukan kesalahan. Saya mengambil sendok. Dan memulai aksi harakiri untuk menebus kesalahan saya. Dramatis abis! Tipu itu.

Mama pun selesai makan. Tidak selama kami. Mungkin mama langsung menelan tanpa mengunyah *Dibacok* lalu kami membayar semuanya dan duduk duduk mengistirahatkan perut di tempat duduk luar. Saya melirik gunung disisi kanan jalan. Dan menyadari pemandangan indah yang bernafsu untuk saya jadikan sarana poto-poto. Sial tak dapat ditanggung, untuk tak dapat dimakan (sumpah saya lupa peribahasa ini) Dengan modal hape yang batreinya tinggal sebatang. Kami melaksanakan niat busuk kami. FOTO-FOTO!!
Berikut hasil poto-poto kami. :

 Ini adik sepupu saya.
Nama : Arka, Aka, Raka
Umur :  2+ tahun
Punya adik namanya bian. Sangat sayang sama adiknya.
Kalau adiknya nakal suka dipukul =_=
Sangat menyayangi saya. Kalau saya macam-macam saya dicubit o_+
Cubitannya sumpah sakit! Kalau lagi baik, baik banget. Lucu, suka senyum. Tapi saya suka dipukulin (nasib)


 
Dari atas : Danu, Opi, Arka.
Dan gaya tangan arka tak pernah berubah =_=
 


 
 Arka w/ danu.
Disini tampang arka mulai siwer O.o *plak
Danu terlalu napsu berfoto. Hingga ia tak sadar telah menyakiti seorang anak manusia yang suci bersih tidak berdosa. 
Tragis! Hati-hati sama dia.


 Dari belakang : Ehem!! Saya *benerin dasi* , Opi, Danu.
Sumpah tampangnya danu ga enak banget ._.

Dan Foto terakhir di kelok indah adalah.....
Jreng Jreng Jreng!! *pake backsound gebukan drum*
Taraaaaa!!!!

Inilah saya!! Pemirsa-pemirsa!! 
Produk baru!! Selain bisa memasak nasi. Juga bisa mengepel dan mencuci piring.
Fleksibel dan multi fungsi!! Segera dapatkan di toko-toko bangunan terdekat!!
Asem, YA GAK LAH!!!
Ini lah foto saya. Yang sangat 'biyutipul' selama saya melaksanakan aksi poto-poto dikelok indah. 
Menawan, saya begitu tampan pada poto itu *dilemparin sepatu ama pabrik-pabriknya*

Dari kelok indah. Kami pun meneruskan perjalanan kami kepadang. Dan hal-hal mistis itu. Mulai terjadi....



.:To be Continued:.

*sumpah tangan saya capek ngetik. Ntar saya lanjutin lagi yow 

Tidak ada komentar: